Laporan : Faaz A
KABARKS.com, SALATIGA -
Melalui program Interdisciplinary Colloquium.Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga kembali menegaskan komitmennya dalam membangun budaya akademik yang terbuka, dialogis, dan lintas disiplin.
Kegiatan yang diselenggarakan di Kampus UIN Kota Salatiga tersebut, telah menjadi tradisi ilmiah sejak berdirinya Program Pascasarjana pada tahun 2011.
Kegiatan yang telah berlangsung secara konsisten selama 14 tahun ini menjadi wadah bagi sivitas akademika untuk mempertemukan beragam disiplin ilmu dalam membedah persoalan aktual keislaman, sosial, dan kebangsaan.
Setiap edisi menghadirkan narasumber dari latar belakang keilmuan yang berbeda, mencerminkan semangat integrasi ilmu dan keberagaman perspektif yang menjadi ciri khas UIN Salatiga.
Pada edisi kali ini, tema yang diangkat adalah Islam, Pendidikan, dan Politik: Merawat Harmoni yang Otentik yang menyoroti pentingnya komunikasi lintas agama dan upaya memperkuat moderasi beragama di tengah tantangan global.
Ketua Pendiri Asosiasi Imam Muslim di Australia Dr. Amin Hady yang menjadi salah satu pembicara menyebut pendidikan dan politik menjadi ruang harmoni umat beragama.
Dalam paparannya, Dr. Amin menyoroti dinamika relasi antara komunitas Muslim dan Kristen di Australia, serta bagaimana nilai-nilai pendidikan dan politik dapat menjadi jembatan harmoni antarumat beragama.
“Di Australia, hubungan antarumat beragama tumbuh dari kesediaan untuk memahami, bukan sekadar toleransi pasif. Harmoni dibangun melalui pendidikan yang mencerahkan dan politik yang menghormati kemanusiaan,” ujarnya, swbagaimana dikutip dari ANTARA tayang Rabu(22/10/2025).
Sementara itu, pakar komunikasi publik Dr. Wawan Purwanto menekankan bahwa menjaga harmoni yang otentik tidak cukup hanya melalui slogan, melainkan juga harus diwujudkan dalam praktik komunikasi yang inklusif, jujur, dan berbasis nilai kemanusiaan.
“Harmoni bukan berarti menghapus perbedaan, tetapi merawat kejujuran dalam keberagaman. Komunikasi publik antarumat beragama harus mencerminkan empati dan keadilan,” tegasnya.
Rektor UIN Salatiga, Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, mengapresiasi kegiatan ini dan menilai forum semacam ini menjadi ruang penting bagi mahasiswa pascasarjana untuk memperkaya wawasan lintas keilmuan serta memperkuat karakter akademik yang kritis dan terbuka.
“Colloquium ini bukan sekadar kegiatan rutin, tetapi juga bagian dari ikhtiar membangun kampus yang berpikir terbuka dan berpijak pada nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin,” katanya.
Direktur Pascasarjana UIN Salatiga Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto menambahkan Interdisciplinary Colloquium diselenggarakan tiga kali dalam setahun dengan menghadirkan pembicara multidisipliner dari berbagai bidang ilmu seperti agama, sosial, politik, dan budaya.
“Interdisciplinary Colloquium adalah ruang dialog antarilmu dan antariman. Di sinilah kampus memainkan peran sebagai laboratorium harmoni sosial dan intelektual,” jelasnya.
Antusiasme peserta, baik dari kalangan mahasiswa, dosen, maupun peneliti, menunjukkan bahwa UIN Salatiga telah berhasil menumbuhkan ekosistem akademik yang menghargai perbedaan dan menjadikannya sumber kekuatan untuk membangun peradaban.
Ia mengatakan melalui kegiatan ini, gagasan harmoni yang otentik tidak hanya menjadi konsep akademik, tetapi juga praktik nyata dalam kehidupan kampus dan masyarakat.(*)
0 Komentar